NUNUKAN, Maqnaia – Rasa frustrasi dan kemarahan meluap di kalangan masyarakat Dataran Tinggi Krayan, Kabupaten Nunukan. Mereka merasa dianaktirikan oleh pemerintah akibat buruknya infrastruktur yang selama ini menghambat aktivitas ekonomi dan sosial di wilayah perbatasan.

Dipimpin oleh Anggota DPRD Nunukan, Gat, warga Krayan mengadukan kondisi ini ke DPR RI dengan membawa spanduk bertuliskan “DOB Krayan? Atau Pindah Malaysia!” Sebuah ultimatum keras yang mencerminkan semakin menipisnya kesabaran masyarakat terhadap minimnya perhatian pemerintah terhadap daerah strategis yang berbatasan langsung dengan Malaysia.

Dalam kesempatan itu, Gat menyoroti berbagai persoalan mendesak yang hingga kini tak kunjung mendapat solusi nyata dari pemerintah, baik di tingkat kabupaten, provinsi, maupun pusat. Infrastruktur jalan yang rusak parah dan berlumpur telah menjadikan akses transportasi sebagai tantangan berat bagi warga. Selain itu, jembatan penghubung yang vital bagi mobilitas masyarakat masih dalam kondisi memprihatinkan tanpa kepastian kapan akan dibangun secara permanen.

“Kami sudah berkali-kali menyampaikan aspirasi ini ke pemerintah, tetapi rasanya seperti berbicara dengan dinding. Seolah-olah kami bukan bagian dari Indonesia,” tegas Gat, Kamis (20/02/2025).

Selain infrastruktur yang buruk, minimnya moda transportasi juga menjadi persoalan serius. Hingga kini, akses menuju Krayan masih sangat sulit dan mahal, menghambat perekonomian warga. Sementara di seberang perbatasan, Malaysia menawarkan fasilitas dan akses yang jauh lebih baik.

“Kalau kondisi ini terus dibiarkan, jangan salahkan masyarakat jika mereka memilih bergantung pada Malaysia. Kami juga butuh kehidupan yang layak, bukan sekadar janji kosong dari pemerintah,” lanjut Gat dengan nada kecewa.

Situasi ini semakin memperkuat tuntutan warga agar Krayan segera dimekarkan menjadi Daerah Otonomi Baru (DOB). Menurut Gat, pemekaran merupakan satu-satunya cara untuk memastikan pemerataan pembangunan dan peningkatan layanan publik bagi masyarakat Krayan.

“Pemerintah jangan menutup mata! Jika Krayan terus diperlakukan seperti ini, wajar jika masyarakat mempertimbangkan opsi lain. Jangan sampai negara kalah cepat dengan Malaysia dalam memenangkan hati rakyat di perbatasan,” jelasnya.

Aksi ini menjadi peringatan serius bagi pemerintah pusat agar segera turun tangan. Jika tidak, ancaman perpindahan ke Malaysia bukan sekadar gertakan, melainkan cerminan nyata dari keputusasaan masyarakat yang merasa diabaikan oleh negara sendiri. (di)