NUNUKAN, Maqnaia – Sebagai wujud kecintaan satu kesatuan di Pulau Borneo (Kalimantan) serta ingin menjadi salah satu muatan kekuatan Bangsa Indonesia dan Malaysia, Murut yang merupakan rumpun suku Dayak menggelar Bilateral Meeting Indigenous People Dayak Rumpun Murutic Borneo di Mansalong, Kecamatan Lumbis, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), Senin (29/07/2024).
Pertemuan bilateral yang masuk dalam rangkaian Ilau Pasisimpungan Murut Borneo 2024 ini selain dihadiri oleh tokoh masyarakat dan tokoh adat yang termasuk dalam rumpun Murut, juga hadir Dr. Yansen TP, M.Si selaku Ketua Ikatan Cendekiawan Dayak Nasional (ICDN) Kaltara yang juga diketahui sebagai Wakil Gubernur Kaltara.
Yansen diundang sebagai tokoh Dayak untuk memberi arahan, masukan serta motivasi menegaskan beberapa hal. Pertama, ia menegaskan bahwa dirinya sebagai orang yang tidak berbeda dengan rumpun Murut, sebab walaupun berbeda suku atau sub suku, tapi tetap berasal dan hidup di tanah Kalimantan.
“Menurut saya sebagai orang yang tidak beda, tidak berbeda dengan bapak ibu semua. Kalau boleh saya katakan, kita ini satu. Kalau ada istilah Murut, ada juga istilah-istilah yang lain, ada satu yang menyatukan kita, Dayak. Kita Dayak di Pulau Kalimantan,” ujar Yansen TP.
Dikatakan Bupati Malinau periode 2011-2016 dan 2016-2021 ini, pada saat ini posisi ia secara pribadi punya beberapa tugas. Seperti menjadi Ketua Umum Persekutuan Dayak Lundayeh (PDL) Indonesia, ia juga salah satu tokoh Dayak Lundayeh dan Lun Bawang yang menyatukan kesatuan masyarakat Dayak Lundayeh dan Lun Bawang di Tanah Borneo.
“Jadi di Sabah, Serawak dan Brunei, kami (Dayak Lundayeh dan Lun Bawang) berhasil menyatukan diri. Nah saya pun berharap Murut juga harus seperti itu. Kenapa? Satu persatu nanti masyarakat yang ada di Pulau Kalimantan ini menyatu sebagai satu kesatuan sesuai dengan hakikat kita semua masing-masing,” ungkapnya sambil menegaskan bersatu sebagai rumpun Dayak walaupun berbeda bangsa dan negara.
“Kalau Murut ini kan banyak. Kalau disebutkan puluhan banyaknya. Ya mungkin secara esensi masing-masing berbeda, tetapi dalam satu payung Murut satu. Hanya saja selama ini kita belum saling tahu,” tambahnya.
Karena itu, adanya pertemuan bilateral dalam Ilau Pasisimpungan ini, sangat disyukuri. Sebab ada keinginan yang sama antara masyarakat Murut Indonesia dan Malaysia, walaupun belum tahu bagaimana cara menyatukannya.
“Tapi kita bersyukur insya Allah nanti saling bertemu ini semakin tahu. Oh ternyata mereka mau begini, kami mau begini, nah bagaimana kita buat begini dan pemerintah payungi, jadilah kita satu kesatuan di Pulau Borneo ini,” tutur Yansen yang punya akronim nama YTP ini.
YTP juga menegaskan pertemuan yang membicarakan soal Borneo itu, bukan pertemuan yang kecil, sederhana atau biasa-biasa saja. Tapi ini pertemuan penting dan bahkan cikal bakal perjalanan suku bangsa di Pulau Kalimantan ke depan.
“Jangan dikira ini sesuatu yang biasa saja. Tidak. Saya anggap ini luar biasa. Kalau boleh saya katakan ini kehendak Tuhan terhadap masyarakat Murut ada di tempat ini dan bertemu di sini (Mansalong). Kalian sudah memulainya dengan luar biasa,” tegasnya.
Pertemuan ini, lanjutnya, menjadi sebuah kebanggaan untuk anak cucu Murut ke depan. Karena kakek, nenek dan para orang tuanya pernah berkumpul untuk memikirkan masa depan anak cucunya.
Jadi jangan kecilkan arti pertemuan bapak ibu dan saudara hari ini. Baik yang datang dari Malaysia, maupun Indonesia, jangan kecilkan itu. Oleh sebab itu, penulis buku berjudul Kaltara Rumah Kita ini berharap pertemuan bilateral Murut Indonesia dan Malaysia ini membawa hasil yang baik.
“Saya harapkan perjumpaan ini membawa hasil baik. Karena banyak masalah-masalah selama ini di Pulau Kalimantan ini yang belum bisa dipertemukan untuk kita bisa hidup rukun dan damai. Terutama soal kehidupan masyarakat kita di perbatasan, saya kira dengan pertemuan seperti ini, itu bisa diselesaikan nanti,” harap suami Ping Ding ini.
Lumbis Pangkayungon, S.Sos selaku moderator dalam pertemuan itu menjelaskan, bahwa Ilau Pasisimpungan yang di dalamnya ada Bilateral Meeting Indigenous People Dayak Rumpun Murutic Borneo masuk dalam Kertas Kerja 1 Forum Sosial Ekonomi Malaysia-Indonesia (Sosek Malindo).
“Ilau Pasisimpungan adalah masuk Kertas Kerja 1 dalam Sosek Malindo sejak Tahun 2019, maka tahun kemarin kami di Malaysia dan tahun ini di sini,” terang Camat Lumbis Pansiangan ini.
Jhonaiedy, S.H, selaku ketua Persekutuan Dayak Tahol Indonesia menyampaikan bahwa berkumpulnya rumpun Murut Indonesia dan Malaysia dalam Ilau Pasisimpungan ini dengan satu tujuan dan keinginan, yaitu untuk kemajuan bersama.
Karena itu, dia berharap acara yang positif ini dapat diagendakan secara rutin pada tingkat Provinsi Kaltara. “Kegiatan Ilau Pasisimpungan ini saya usulkan diagendakan jadi salah satu agenda rutin dari Kaltara. Bukan kabupaten pak. Kenapa, karena dalam suku rumpun Murut ini bukan hanya ada di Kabupaten Nunukan, tetapi juga ada di Kabupaten Malinau, Tana Tidung dan Bulungan bahkan Tarakan,” usul pria yang akrab disapa Jhon Tahol ini.
Setelah melihat dan mendengar apa yang disampaikan oleh Yansen TP, selaku ketua ICDN Kaltara, perwakilan dari rumpun Murut Malaysia mengaku sangat tertarik dan dalam Ilau Pasisimpungan ini sendiri pihaknya merasakan sesuatu aura yang telah bangkit khususnya dalam kaum Murut.
Mereka memetik apa yang disampaikan YTP, harus paham budaya dan bangsa masing-masing terlebih dahulu baru mencapai kesepakatan untuk kepentingan bersama. Karena itu, mereka mengharapkan pertemuan bilateral ini menghasilkan sesuatu yang baik, ada solusi yang didapat dan berkesinambungan. Kemudian juga hasilnya harus diangkat untuk diketahui oleh pemerintah masing-masing sebagai tindak lanjut ke depan, misalnya melalui Forum Sosek Malindo. (*)