TARAKAN – Dekan Fakultas Hukum Universitas Borneo Tarakan (UBT), Prof. Yahya Ahmad Zein, S.H, M.H, menyebut jika sikap golongan putih (golput) atau apatis dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 menjadi ‘jebakan’ di tengah situasi politik yang berjalan. Kendati pada hakikatnya setiap warga berhak atas pilihannya. “Golput atau bisa juga kita sebut golongan hitam itu adalah jebakan. Karena tidak merepresentasi hasil pemilu berkualitas,” ujar Yahya di depan puluhan mahasiswa dari berbagai latar belakang organisasi dalam dialog interaktif bertema Quovadis Pembangunan Ekonomi Kaltara Pasca Pemilu 2024 yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Politeknik Bisnis Kalimantan Utara di Pondok Lesehan, Karang Anyar, Tarakan Barat, Senin (12/2) malam.
Yahya kemudian menilik pemilihan umum yang digelar setiap 5 tahun sekali. Menurutnya, hal itu menjadi momentum untuk memilih pemimpin yang dianggap mampu membawa pembangunan berkelanjutan.
“Realitasnya, ketika yang kita pilih sudah menjabat, sering kali kebijakan-kebijakannya masih jauh dari harapan kita. Maka memilih pemimpin yang baik itu menjadi penting. Melalui instrumen politik, pemilu, kita menentukan masa depan kita. Kita juga jangan buta dengan kondisi money politics yang masih mudah ditemukan. Yang pasti itu hanya mengaburkan tujuan politik itu sendiri,” ulas Yahya.
Yahya juga menyinggung mengenai masa depan proyek strategis nasional (PSN) yang berada pada pilihan politik masyarakat secara nasional. “Memang masih ada kekurangan pada proyek-proyek yang tengah berjalan, saya setuju. Namun proyek strategis hadir karena dua tujuan penting. Pertama untuk mengurai defisit infrastruktur, kedua mengurai defisit investasi,” tambah Yahya.
Direktur Politeknik Bisnis Kaltara, Dr. Ana Sriekaningsih, S.E, S.Th, M.M, mengurai kondisi sejumlah investasi di Kaltata yang memiliki peluang penyerapan tenaga kerja besar. Pada realitanya sumber daya manusia (SDM) di Kaltara belum mampu memenuhi kebutuhan investasi tersebut dengan maksimal. “Pengusaha menginginkan kualifikasi keterampilan, maka tugas kita adalah menguatkan diri kita dari sisi keterampilan SDM kita. Baik itu pendidikan, kesehatan hingga kemampuan dalam terapan teknologi. Hal lain yang juga penting ada kurikulum bahasa dalam pendidikan kita, selain bahasa Inggris harus ada bahasa Mandarin. Dengan begitu serapan proyek strategis nasional terhadap SDM lokal tinggi,” ungkapnya.
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bulungan-Tarakan, Dr. Marso, S.E, M.Si, mengatakan, kaum muda khususnya mahasiswa dapat melihat perkembangan perilaku pasar yang berubah sejak era digitalisasi. Pemuda dan mahasiswa harus dapat memanfaatkan teknologi khususnya dalam kaitan sektor ekonomi kreatif. “Tantangan di Kaltara berkaitan dengan digitalisasi dengan ekonomi kreatif adalah persoalan infrastruktur yang menjadi PR pemerintah. Contohnya masih banyak blank spot di beberapa titik di Kaltara yang tidak terjangkau oleh jaringan internet sehingga pemerataan ini dapat dilakukan melalui pemerataan infrastruktur pembangunan yang harus didorong oleh pemerintah daerah,” ulas Marso.
Sementara, Dekan Fakultas Perikanan UBT, Prof. Rukisah Saleh, S.Pi, M.P, Ph.D,KI, mengatakan, di balik Pemilu 2024, mahasiswa juga berkontribusi dalam peningkatan ekonomi di bidang kelautan dan perikanan melalui hilirisasi. “Raw material terkait dengan potensi perikanan Kaltara itu harus ada bentuk hilirisasi nya, itu akan mewujud melalui pentahelix. Pertama akademis memikirkan itu mengkaji dalam bentuk ide, gagasan, perencanaan. Ada pengusaha juga yang mewujudkan itu, kemudian ada pemerintah yang mengawal dari sisi regulasi, memberikan ruang kepada pemodal atau investor dengan tetap mengedepankan investasi yang ramah. Kemudian ada komunitas yang turut terlibat untuk mengisi dari sisi sumberdayanya. Ada media yang membantu menyebarluaskan informasi dalam mendukung iklim investasi yang baik, dalam rangka mendukung terciptanya kondusifitas daerah melalui narasi-narasi positif yang disampaikan kepada masyarakat. Namun media tetap memberikan ruang-ruang terhadap kontrol sosial untuk kritik kebijakan, demi kesinambungan kebijakan yang diambil oleh pemerintah,” ulasnya.
Rukisah mengapresiasi sikap kritis mahasiswa terhadap keberadaan proyek strategis nasional di Kaltara dan Kalimantan Timur (Kaltim). Sikap kritis menurutnya harus dirawat. Begitu juga dengan sikap positif terhadap keberadaan proyek strategis yang dianggap mampu menjawab potensi daerah. “Potensi akan tetap menjadi potensi jika tak kita manfaatkan. Kita yakini dulu, bahwa proyek strategis nasional untuk untuk keberlanjutan. Kekurangan dalam prosesnya iya, itu tugas kita untuk mengawal. Mengisi peran yang seharusnya kita isi,” tukasnya. (*)